BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Erupsi gigi atau yang biasa dikenal dengan tumbuhnya gigi-geligi merupakan hal yang pasti dialami oleh semua manusia pada umumnya. Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya sama pada semua gigi.
Setiap gigi tumbuh berturut-turut mulai dari tahap bud, cup, dan tahap bell. Pada tahap bell dibentuk enamel dan dentin. Mahkota terbentuk dan termineralisasi, akar gigi mulai terbentuk juga. Setelah kalsifikasi akar, jaringan pendukung gigi, sementum, ligamentum periodontal, serta tulang alveolar tumbuh. Pertumbuhan ini terjadi pada gigi insisivus dengan akar satu, premolar dengan beberapa akar atau molar dengan akar multipel. Kemudian mahkota gigi komplit erupsi ke rongga mulut. Pertumbuhan akar dan sementogenesis yang lanjut sampai gigi berfungsi dan didukung oleh struktur gigi yang tumbuh sempurna.(Avery dan Chiego,2006)
Semua gigi geligi susu akan lengkap erupsi saat anak berumur lebih kurang 2,5 tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval dengan gigitan dalam (deep bite) pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya generalized interdental spacing (celah-celah di antara gigi-geligi). Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang kea rah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi-gigi permanen yang akan tumbuh celah yang terdapat dimensial cninus atas atau di sebelah distal caninus bawah disebut primate space.(Abu Bakar,2012)
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dasar-dasar tentang erupsi gigi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mendefinisikan erupsi gigi
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses erupsi gigi
3. Mendeskripsikan macam-macam dari erupsi gigi beserta waktunya
4. Mendeskripsikan gejala-gejala dari erupsi gigi
5. Mendeskripsikan proses erupsi gigi
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa definisi erupsi gigi ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses erupsi gigi ?
3. Apa saja macam-macam erupsi gigi ?
4. Kapan waktu erupsi gigi ?
5. Apa saja gejala dari erupsi gigi ?
6. Bagaimana proses erupsi gigi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Erupsi Gigi
Erupsi gigi adalah gerakan bodily gigi dari posisi perkembangannya di dalam prosesus alveolaris menuju posisi fungsional di dalam rongga mulut. (Robert I.,2015)
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Erupsi Gigi
2.2.1 Gizi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi erupsi gigi salah satunya adalah nutrisi. Nutrisi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, termasuk pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut dipengaruhi zat gizi. Tahap dini pertumbuhan gigi dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu Ca, P, F, dan vitamin dalam diet.(Atiek D.,dkk.,2014)
Status gizi ialah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan nutrisi. Anak berusia 6-24 bulan memiliki masa pertumbuhan dan perkembangan gigi desidui yang sangat penting untuk diperhatikan. Keterlambatan erupsi gigi desidui pada anak merupakan salah satu akibat kekurangan gizi. Penelitian Gaur dan Kumar pada 510 anak di India pada tahun 2012 yang menunjukan bahwa pada anak kurang gizi akan terjadi penurunan berat badan serta keterlambatan erupsi gigi desidui. (Chandra S., dkk,2013)
2.2.2 Keadaan Sosioekonomi
Anak- anak dengan latar belakang sosioekonomi yang lebih tinggi, kemunculan giginya lebih cepat dibandingkan anak-anak dengan latar belakang sosioekonomi yang kurang. Hal ini diperkirakan bahwa anak yang memiliki latar belakang sosioekonomi lebih tinggi mendapatkan pelayanan kesehatan dan nutrisi yang lebih baik sehingga mempengaruhi perkembangan gigi yang terjadi lebih awal. (Atiek D., dkk.,2014)
2.2.3 Karies pada Gigi Desidui
Karies pada gigi sulung atau desidui yang berlanjut dikatakan sebagai salah satu sebab terjadinya erupsi prematur. Lesi periapikal dan abses kronis pada gigi sulung diduga kuat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen. Lesi periapikal yang terjadi pada gigi sulung, mengakibatkan tulang alveolaris di daerah apikalnya mengalami resorpsi, dan memudahkan terjadinya penyebaran inflamasi ke benih gigi permanen sebesar 20%-30%. Destruksi tulang yang terjadi di apikal gigi sulung akibat inflamasi, akan memudahkan terjadinya erupsi gigi permanen yang maturasinya belum sempurna. Secara normal, erupsi gigi terjadi setelah email gigi selesai dibentuk. Dilaporkan gigi-gigi yang mengalami erupsi prematur, terjadi kelainan bentuk maupun kalsifikasi. (Chandra S., dkk,2013)
2.2.4 Kelancaran dan Kesehatan Metabolisme
Kelancaran dan kesehatan metabolisme (pertukaran zat) secara umum di dalam tubuh, juga sangat diperlukan dalam sistem pembangunan gigi dan tulang. Pendek kata kesehatan menyeluruh harus dipenuhi, agar pembangunan tulang dan gigi itu sempurna. Hal itu karena pertumbuhan gigi dan tulang rahang juga seirama dengan pertumbuhan bagian-bagian tubuh yang lainnya. Seorang ibu mengandung yang mengalami stress umpamanya, akan terganggu kesehatan umum, termasuk daya tahan dan kekebalan, persyarafan dan kelancaran pertumbuhan tubuhnya, termasuk pertumbuhan gigi dan tulang rahang. (Itjingningsih W.,2013)
2.2.5 Faktor lokal yang mempengaruhi erupsi gigi permanen :
Meskipun pola erupsi gigi normal sangat bervariasi, tetapi kadang-kadang dapat berkaitan dengan peristiwa tertentu atau pengaruh sistemis.
Faktor :
· Kehilangan ruangan akibat tanggal dini gigi susu.
· Posisi abnormal, biasanya ditemukan pada gigi molar tiga mandibula dan kaninus maksila.
· Gigi berjejal. Ruang yang tidak cukup merupakan faktor penyebab umum dari keterlambatan erupsi, terutama gigi molar tiga mandibula.
· Gigi berlebih yang menempati ruang untuk gigi normal.
· Kista dentigerus yang menyebabkan pergeseran dan mencegah gigi untuk erupsi.
· Retensi gigi susu. Kadang gigi sulung mengalami ankilosis.
· Resorbsi akar gigi sulung yang lambat akibat infeksi periapeks, meskipun jarang terjadi, dapat menghalangi erupsi gigi tetap. (Atiek D. R., dkk. 2014)
2.3 Macam-macam Erupsi Gigi
2.3.1 Erupsi Pasif
Terjadi jika ada migrasi apikal pada perlekatan epitel yang menghasilkan penambahan panjang mahkota klinis, tanpa peradangan, pada orang yang sudah tua.(Robert I.,2015)
2.3.2 Erupsi Aktif
Terjadi ketika gigi pertama kali masuk ke dalam rongga mulut dan berlangsung dalam tahap prefungsional dan fungsional. (Robert I.,2015)
1. Tahap Prefungsional
Selama tahap prefungsional, mahkota terbentuk sempurna dan pembentukan akar dimulai. Pada tulang yang terletak di atasnya akan terjadi resorbsi oleh aktivitas osteoklastik dan epitelium email terreduksi yang menutupi email akan berfusi dengan epitelium mulut sewaktu gigi keluar ke rongga mulut untuk membentuk perlekatan epitel. Gigi akan terus erupsi dalam arah aksial sampai berkontak (beroklusi) dengan gigi antagonisnya yang ada di rahang antagonis.
2. Tahap Fungsional
Berlanjut sepanjang hidup ketika tulang alveolar mengalami remodeling sebagai respons terhadap pergerakan gigi dan keausan email.
2. 4 Waktu Erupsi Gigi
Waktu erupsi gigi terbagi menjadi dua yaitu waktu erupsi gigi desidui atau gigi sulung dan waktu erupsi gigi permanen.
2.5 Gejala dari Erupsi Gigi
Erupsi gigi adalah proses faali dan tidak berhubungan dengan gangguan sistemik sementara yang sering terjadi selama masa balita dan kanak-kanak. Pada awal abad ini, banyak penyakit seperti demam, kejang-kejang, diare, dan batuk yang disertai sesak napas sering disalahhubungkan dengan masalah pada pertumbuhan gigi-geligi. Bahkan sekarang ada demam yang tidak terdiagnosis yang muncul pada awal masa kanak-kanak yang sering dihubung-hubungkan dengan gigi-geligi. Hanya sedikit dasar pandangan bahwa erupsi gigi merupakan penyebab demam. Hubungan antara demam dan erupsi gigi hanya merupakan fakta bila semasa demam jumlah erupsi gigi-geligi dipercepat. Proses erupsi gigi tentu saja mengganggu anak dan dapat berhubungan dengan demam yang ringan, kerewelan, gangguan waktu tidur, pengeluaran air liur, dan kecenderungan anak memasukkan jari tangannya ke dalam mulut secara beraturan. Gusi pada tempat erupsi dapat meradang dan sangat sensitif bila disentuh. Peradangan biasanya akan mereda dengan bererupsinya gigi. Terbukanya gusi pada erupsi gigi jarang berbahaya, dan bukan sebagai tempat penjalaran infeksi.(Itjingningsih W.,2013)
2.6 Proses Erupsi Gigi
Setiap gigi mengalami tahap perkembangan yang berturutan selama siklus kehidupannya, yaitu :
1. Tahap Pertumbuhan
a. Tahap Inisiasi adalah permulaan pembentukan kuntum gigi (bud stage) dari jaringan epitel mulut. Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ectodermal dan merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi, akan tetapi hal ini didahului oleh suatu gejala dasar induktif. Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenkim berasal dari neural puncak, menunjukkan induksi primer dalam odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia sedini mungkin pada awal kehamilan 28 hari. Lamina gigi terlihat sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum dan pada saat membrane orofaringeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas superior lateral dari lengkung mandibular, disini kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum.
Gigi geligi rahang bawah berkembang dari 2 daerah lamina gigi kiri dan kanan. Gabungan dari 4 epitel odontogenik rahang atas membentuk lamina gigi yang bersambungan dan terjadi kira-kira pada usia kehamilan 37 hari. Secara bersama-sama, daerah epitel odontogenik rahang bawah menyatu menjadi satu sepanjang garis tengah/ lamina gigi atas dan bawah kemudian membentuk pita seperti bentu kapal kuda. Beberapa tempat di bawah linger rahang terjadi pembiakan dari sel-sel epitel dari jaringan selaput lender mulut ke dalam jaringan mesoderm yang terlihat sebagai bentuk kuntum (buds formation/stage).
Bila terjadi gangguan pada tahap inisiasi akan mengakibatkan kelainan dalam jumlah gigi :
1. Jumlah gigi kurang dari normal: anodonsia
2. Jumlah gigi lebih dari normal: hiperdonsia atau gigi supernumerari
b. Tahap proliferasi adalah pembiakan dari sel-sel dan perluasan dari organ email (cap stage), dan juga gejala ketika proyeksi lamina gigi meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordia dari gigi primer (organ email). Sewaktu sel-sel membiak, organ gigi bertambah besar ukuran-ukurannya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir, atau vestibula lamina berkembang hamper berdekatan dan bersama-sama lamina gigi. Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi (cap stage/clock form).
Bila terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelainan dalam jumlah gigi, misalnya anodonsia dan hiperdonsia.
c. Tahap histodiferensiasi adalah spesialisasi dari sel-sel yang mengalami perubahan histologis dalam susunannya (sel epitel bagian dalam dari organ email menjadi ameloblas, sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas). Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bell stage). Ini terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (mitotik). Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenkim dari jaringan pengikat di sekitarnya, tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial gigi tetap.
Bila terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi akan mengakibatkan kelainan dalam struktur gigi, misalnya pada dentinogenesis imperfekta dan amelogenesis imperfekta.
d. Tahap morfodiferensiasi adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang pertemuan dentino-email dan dentino-semental yang akan datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang. Hubungan dentino-email dan dentino-semen berbeda serta mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu pembiakan sel. Di ujung dari lamina dentin kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi (saku dentis).
Bila tahap morfodiferensiasi ini terjadi gangguan akan mengakibatkan kelainan dalam bentuk dan ukuran gigi misalnya bentuk pahat (peg shape), gigi Hutchinson, mulberry molar, makrodonsia, dan mikrodonsia.
2. Erupsi Intraoseus
a. Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks email dan dentin dalam lapisan tambahan. Perumbuhan aposisi dari email dan dentin adalah pengendapan yang berlapis-lapis dari matriks ekstraseluler. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang tidak mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan akan datang . Bila terjadi gangguan pada tahap aposisi akan mengakibatkan kelainan/perubahan struktur dari jaringan keras gigi misalnya, hypoplasia email, gigi yang berwarna kecoklatan karena tetrasilikin.
b. Tahap kalsifikasi adalah pengerasan dari matriks oleh pengendapan garam-garam kalsium anorganik. Apabila kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak menyatu, dan tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah di dalam daerah matriks eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Rangsangan dari sel epitel bagian dalam dengan sel epitel luar disebut selubung hertwig, sehingga terbentuk akar. Setelah itu gigi baru keluar ke selaput lender mulut (erupsi). Ujung akar lebar dan terbuka, bila gigi sudah berusia 4 tahun di dalam mulut akar baru komplit.
3. Tahap Erupsi adalah pergerakan gigi kea rah rongga mulut dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang. Erupsi merupakan proses yang terus-menerus dimulai segera setelah mahkota terbentuk. Pada saat bersamaan, tulang rahang bertambah panjang dan tinggi sehingga terdapat gerakan dari seluruh benih gigi susu ke arah permukaan oklusal. Mahkota gigi yang telah terbentuk dalam bentuk dan ukuran tertentu tampak penuh dan menumpuk ketika masih di dalam pertumbuhan tulang yang kecil.
Gigi-geligi bawah umumnya erupsi sebelum gigi-geligi atas dan biasanya pada anak perempuan erupsi gigi lebih cepat daripada anak laki-laki.
4. Atrisi Erupsi adalah ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi.
5. Resorpsi yaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoklas. (Itjingningsih W.,2013)
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Erupsi gigi adalah gerakan bodily gigi dari posisi perkembangannya di dalam prosesus alveolaris menuju posisi fungsional di dalam rongga mulut. Faktor yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah gizi, sosioekonomi, karies pada gigi anak desidui, kelancaran dan kesehatan metabolisme, serta faktor-faktor lokal lainnya. Erupsi gigi terbagi menjadi erupsi gigi desidui dan gigi permanen. Macam-macam erupsi gigi ada erupsi pasif dan erupsi aktif. Tahapan atau proses pertumbuhan gigi dimulai dengan tahap inisiasi (bud stage), kemudian tahap proliferasi (cap stage), tahap histodiferensiasi (Bell stage), tahap morfodiferensiasi, tahap aposisi, tahap kalsifikasi, tahap erupsi, atrisi erupsi, dan resorts.
3. 2 Saran
Erupsi gigi sangat berperan penting untuk tahap gigi selanjutnya. Gigi desidui berperan penting untuk perkembangan rahang dan erupsi gigi permanen. Perkembangan gigi baik gigi desidui ataupun gigi permanen harus diberikan perhatian lebih berupa pemberian gizi yang baik serta kelancaran dan kesehatan metabolisme. Karena hal ini mempengaruhi proses erupsi gigi. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kekurangan gizi dapat mengakibatkan kekurangan komposisi dari gigi sehingga gigi bisa mengalami kerusakan atau pun tanggal sebelum waktunya.
Maka diharapkan untuk orang tua terlebih untuk ibu hamil memperhatikan pertumbuhan gigi anak dan mencukupi kebutuhan gizi anak sejak dari dalam kandungan. Agar tidak hanya perkembangan tubuh tapi perkembangan gigi anak juga baik.
REFERENSI
1. Avery J.K., Chiego D.J. Essential of Oral Histology and Embryology A Clinical Approach. Third Edition. Michigan. 2006 : 63-78
2. Abubakar, drg. MMedEd., Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 2. CV. Quantum Sinergis Media. Yogyakarta. 2012
3. Robert Ireland. Kamus Kedokteran Gigi. EGC. Jakarta. 2015
4. Chandra S., Shirley E.S.K., Anindita P.S., Gambaran Erupsi Gigi Desidui berdasarkan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan
di Puskesmas Bahu. Jurnal Biomedik (JBM). Vol.5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013. Hal.S175-179
di Puskesmas Bahu. Jurnal Biomedik (JBM). Vol.5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013. Hal.S175-179
5. Atiek Driana R., Hastami Retriasih, Ana Medawati. Hubungan antara Status Gizi dengan Status Erupsi Gigi Insisivus Sentralis Permanen Mandibula. IDJ, Vol.3, No.1, Bulan Mei Tahun 2014
6. drg. Itjingningsih Wangidjaja. Anatomi Gigi. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2013